“Kau tidak mengingatnya lagi?”
Ia menghentikan roti yang akan masuk ke dalam mulutnya
kemudian menatap orang yang sedang duduk dihadapannnya.
“Pertanyaanmu
salah.Seharusnya kau bertanya.Apakah aku masih lupa?”
Ia tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke luar
jendela.Ia sangat menikmati suasana rintik hujan pagi itu.
“ah
ternyata ada tetangga baru.”serunya kemudian.
“Sudah
kuduga kau tak mengingatnya lagi.”
“Ichirou
oniisan.Kau memang tahu segalanya.”katanya kemudian
Satoru Jirou masih menatap ke luar jendela sambil melahap
roti yang ada di tangannya.
“Apa kau
akan pergi hari ini?Di luar masih hujan.”
“Hmm.Itu
hanya rintik hujan.Bukan masalah yang besar.”
Satoru berdiri sambil membawa tas punggungnya.Ia beranjak
pergi di tengah rintik hujan pagi itu.Ichirou Hiroshi mengikutinya dari
belakang,setidaknya ia harus memastikan bahwa Satoru Jirou sampai di depan
pintu.Pagi itu rintik hujan memang sangatlah indah.
“Selamat
pagi Oshi oniisan,Toru oniisan!”teriak seseorang di seberang rumah mereka.
Ichirou Hiroshi melambaikan tangan dan Satoru Jirou
membungkukan badan ke arah seseorang di seberang rumah mereka.Sosok yang semula
di seberang rumah mereka kemudian berlari mendekati mereka.
“Halo
oniisan!”katanya kemudian
Lagi-lagi Satoru membungkukan badan.
“Anda baru
pindah ke sini bukan?Senang bisa bertemu dengan Anda!”
Sosok di depan mereka terlihat bingung dengan kalimat yang
diucapkan Satoru.Ia melirik ke arah Ichirou Hiroshi.
“Lagi?”tanyanya
kepada Ichirou Hiroshi dengan kening berkerut.
Ichirou mengangguk pelan.Ia tersenyum kepada orang itu.
“Ah,namaku
Hakushiko Noriko, Toru oniisan!”katanya ramah kepada Satoru
“Senang
bertemu denganmu Noriko.Ah,berapa umurmu? kenapa kau memanggilku dengan
oniisan?”
Noriko tersenyum masam.Ichirou bisa melihat raut wajahnya
yang kesal.Lagi-lagi pertanyaan yang sama.
“Ah kau
seperti kaset yang distel berulang-ulang,Toru oniisan.Pertanyaanmu sama persis
seperti pertanyaan hari sebelumnya.Umurku 19 tahun.
“Ah,kau
terlihat sangat muda.Tapi,kau tidak perlu memanggilku dengan oniisan.Umurku
hanya berselisih denganmu 3 tahun.Oh ya dan ini…..
“Itu
Ichirou oniisan,umurnya lebih tua 2 tahun darimu.Benar bukan?”
“Ah,kau
sangat teliti sekali!”
“Bukan
teliti,tapi kau sudah memberitahunya lebih dari 5 kali.”kata Ichirou
Satoru tersenyum mendengar kalimat yang ke luar dari mulut
Ichirou.Ia menaiki sepedanya dan pamit pergi meninggalkan mereka berdua.Ichirou
menatapnya sampai ia benar-benar hilang dari pandangannya.
“Oshi
oniisan.Apakah separah itu?”
“Hmmmm.Apa
maksudmu?”
“Sepertinya
Toru oniisan lebih pikun dari kakekku yang berumur 80 tahun.”
“Kau sudah
mengucapkannya berulang kali.Kau tahu itu?”
“Mmmmm.Sepertinya
Toru oniisan memang lebih cocok
menggantikan posisi kakekku.”katanya sambil tertawa lepas.
Ichirou ikut tertawa
namun kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan berat.Ia mengerti apa yang
dirasakan oleh Satoru.Ia tahu tentang dia.Ia tahu segalanya.Ia juga tahu bahwa
Satoru sangat tidak menikmati kondisi yang tidak menyenangkan dalam dirinya .Noriko
menatap tajam Ichirou yang sudah lama menunduk.Merasa diperhatikan Ichirou
menegakkan kepalanya.
“Apa kau
selalu memakai topi seperti itu?”Tanya Ichirou kepada Noriko
Noriko melihat topinya yang ia pakai miring.
“Hmmm.Ini
jauh lebih nyaman.”
“Kau
terlihat seperti preman.”
“Ah,benarkah?Itu
sangatlah keren bukan?.”katanya sambil tertawa lepas.
“Hati-hati
jika banyak wanita yang akan jatuh cinta padamu!”
“Ah,akan kutendang mereka jika berani macam-macam.Kau tenang saja Oshi oniisan.”
“Ah,akan kutendang mereka jika berani macam-macam.Kau tenang saja Oshi oniisan.”
Ichirou tertawa lepas mendengar jawaban dari Noriko.
*********************
Satoru menyesap teh panas miliknya sambil memperhatikan
coretan-coretan yang sedang ia buat.Ia memasang tampang yang sedang
berfikir.Terkadang ia kembali menambah coretan di kertas yang lumayan besar
itu.Berhenti kemudian mencoretnya lagi.Ia baru menyadari bahwa coretan-coretan
itu seperti wajah seseorang.Ia tak ingat siapa orang itu.Tiba-tiba ada
seseorang menghampirinya.Satoru terkejut dengan kemunculan orang tersebut.
“Ah,Hana
oneesan kau membuatku ingin melompat sekarang juga!”
Hana tersenyum lebar.
“Ah,untung
kau masih mengenaliku.”Apakah aku ada dalam catatan buku kecil itu?”tanya Hana
sambil menunjuk buku kecil yang sengaja diberi tali dan menggantung di leher
Satoru.
“Ah,sepertinya
begitu!”
Hana mengamati coretan yang dibuat Satoru.
“Bukankah
itu aku?”Tanya Hana sambil menunjuk coretan Satoru.
Satoru menatap kaget Hana.Ia tampak berfikir
“Iyakah?”
“Kenapa
kau malah bertanya.Bukankah coretan itu milikmu?”
Satoru mengangguk cepat.
“Ah,tapi
aku merasa ini jauh lebih bagus daripada aslinya.”
“Apa kau
bilang?Tapi ku akui coretan itu…ah itu bukan coretan,tapi lukisanmu bagus.”
Satoru tersenyum puas.Ia sudah berkali-kali di puji.Tapi
entah kenapa pujian dari Hana yang bisa membuatnya tersenyum.Tersenyum yang
sesungguhnya.Hana seumuran dengan Ichirou.2 tahun lebih tua darinya.
Hana menatap Satoru dengan tersenyum.Ia memang masih sangat
muda.Sangat supel,ramah dan pintar.Satoru menganggap senyum Hana sangatlah
berharga,karena hanya orang-orang tertentu yang akan mendapat senyuman
itu.Mungkin orang spesial bagi diri Hana.Ah berarti Satoru?Mungkin ia juga
termasuk dalam kategori tersebut.Tapi itu baru dugaan sementara.
Hana tersenyum lagi lalu berkata kepada Satoru bahwa ia
harus pergi.Satoru mengangguk mengiyakan.Ia menatap Hana sampai Hana keluar
dari ruangan itu dan tidak terlihat lagi oleh pandangan matanya.Satoru langsung
mengambil bolpoin dan membuka buku kecil yang tergantung di lehernya.Ia menulis
sesuatu di dalam buku itu.Ia menuliskan tanggal dan juga hari.Ia melihat jam
tangannya,kemudian membubuhkan jam pada catatannya.Sambil tersenyum ia
menuliskan “Katsumi Hana oneesan ia memujiku dan tersenyum padaku hari
ini.Senyuman itu.”Satoru kembali tersenyum lagi.Ia menutup bukunya dan kembali
meneruskan lukisan yang ia buat.Rintik hujan masih terdengar sayup
sayup.”Ah,tetaplah seperti ini.Jangan kau bertambah deras ataupun
berhenti.Tetaplah seperti ini.Kau membuatku semakin tenang”
****************
Malam ini tidak ada bulan atau pun bintang.Rintik hujan
masih turun seperti pagi tadi.Noriko keluar dari supermarket membawa banyak
barang bawaan.Sepertinya malam ini ia belanja besar-besaran.Ia mulai berjalan
meninggalkan supermarket itu.Ia sengaja tidak membawa payung,karena ia suka
rintik hujan seperti ini.Ia ingin merasakan betapa lembut dan dinginnya air
hujan yang tidak terlalu deras itu.Ia juga meyakini bahwa ia tidak akan basah
kuyup hanya karena rintik hujan seperti itu.Noriko kembali berjalan dengan
pelan.Ia tidak mau suasana seperti itu terganggu,hanya karena ia berjalan cepat
dan ia cepat sampai rumah.Tiba-tiba bruuuggg!Sepertinya Noriko tertabrak
sesuatu atau ia yang menabrak.Terdengar suara tangis anak kecil setelah itu.Noriko
kaget melihat anak kecil yang sudah jatuh dihadapannya sambil menangis dan juga
tertimpa beberapa barang belanjaannya.Ia lalu mendekati anak kecil itu.
“Ah,anak
manis jangan menangis ya,kakak tidak sengaja.”kata Noriko dengan halus kepada
anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu belum terdiam dari tangisnya.Noriko lalu
mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya.Ia memberikan anak laki-laki itu
sebuah permen lollipop yang cukup besar.
“Ini
untukmu anak manis.Siapa namamu?”
Ternyata satu batang permen lollipop itu mampu meredakan
tangis anak laki-laki itu.
“Tezuka.Terima
kasih oniisan.”
Onnisan?ah ternyata anak laki-laki itu mengira Noriko
adalah laki-laki.Anak laki-laki itu langsung berlari meninggalkan Noriko.Dia
sudah tidak terlihat kesakitan.Lalu untuk apa ia menangis?Noriko hanya
tersenyum melihat taktik anak laki-laki itu.Ia membereskan barang belanjaannya
dan beranjak berdiri.Tiba-tiba….
“Aaaaaaaa….!”Noriko
menjerit dan semua barang belanjaannya terjatuh lagi.Ia juga ikut jatuh.Tidak
ada yang terjadi pada Noriko.Ia hanya kaget dengan sosok yang tiba-tiba muncul
dihadapannya.Noriko mengatur nafas lalu mendongak ke atas.Ia mengenal sosok
itu.
“Ah,Toru
oniisan.Apa kau benar-benar mau membunuhku?”Noriko bertanya dengan nada kesal.
Satoru menatapnya dengan bingung.
“Oniisan,apa
kau lupa lagi?”
Satoru berdehem.Ia menatap Noriko lalu tersenyum.
“Lebih
baik kau berdiri dan bereskan semua barang belanjaanmu,Noriko-san!”
Suatu keberuntungan.Setidaknya Satoru masih ingat
namanya.Noriko beranjak berdiri sambil menepuk-nepuk tangan kanannya.Terlihat
dari ekspresinya,ia merasa kesakitan.
“Sakit?”Satoru
bertanya tanpa ekspresi.
Noriko tidak menjawab dan berjalan meninggalkan
Satoru.Satoru mengikutinya sambil menuntun sepedanya.
“Kau
marah,Noriko-san?”
“Kau masih
ingat namaku,Toru oniisan?”
Satoru langsung membuka buku kecilnya.Ia menulis”Hakushiko
Noriko.Tetangga baru.Umur 19 tahun.Ia selalu memakai topi.
“Kau
menulis apa Toru oniisan?”
“Ah,hanya
menulis namamu.”
“Untuk
apa?”
“Untukmu.”
“Ha????Maksudmu?”
“Agar aku
tidak mempersulitmu.Tidak selalu menanyakan siapa namamu.”
Noriko tertawa lepas.Ia menganggap hal yang dilakukan
Satoru adalah hal yang konyol dan tolol.Tapi ia cukup senang Satoru belum
melupakan namanya.
“Toru
oniisan,aku boleh menanyakan sesuatu?”
Satoru mengangguk.
“Mmmm,kenapa
kau selalu tidak ingat tentang semua hal yang kau lakukan?”
Satoru menghentikan langkahnya.Kemudian ia tersenyum masam.
“Karena
aku tidak ingat!”jawabnya singkat kemudian melanjutkan langkahnya.
Noriko belum puas dengan jawaban Satoru itu.Ia kembali
bertanya.
“Alasannya?”
“Entahlah.Semua
terjadi setelah malam itu.”
“Malam
itu?Apa kau minum banyak dan kau langsung tidak ingat semuanya?”
Satoru kembali menghentikan langkahnya.Ia tertawa.
“Astaga,sejak
kapan alkohol bisa membuat lupa ingatan?”Tenang saja semua akan kembali seperti
semula.”
“Kapan?”
“Yang
terpenting bukan sekarang.”
Satoru menghembuskan nafas dengan berat.Begitu juga Noriko.Ke
duanya melanjutkan perjalanan tanpa ada pembicaraan.Tidak cukup lama untuk
sampai ke rumah mereka.
“Ah,Toru
oniisan.Apa kau sudah bekerja?”
“Hmmm.Tapi
itu bukan pekerjaan,hanya sebuah hobi.”
“Hobi?”
“Aku suka
melukis.”
Noriko mendengus kesal.
“Ah,kenapa
harus melukis?”
“Memangnya
kenapa?”
“Tidak
apa-apa.Aku hanya sedikit tidak suka.Sedikit saja.”
“Kenapa?”
“Kakak
pertamaku seorang pelukis,kakak ke duaku hobi melukis,ayah dan ibu suka sekali
dengan hal-hal yang berhubungan dengan melukis.Hanya aku sendiri yang sedikit
tidak suka.”
“Hmmm.Kenapa?”
“Kebanyakan
orang melukis itu hanya hal-hal yang indah-indah.Sesuatu yang buruk jarang
mereka lukis.Kau tahu itu akan menimbulkan kesenjangan sosial!”kata Noriko
mantap.
Satoru mengangguk-angguk mengerti apa yang dikatakan
Noriko.Lalu ia mengeluarkan kertas dan berdehem.
“Noriko-san
tolong hadap sini!”
Noriko menghadap ke arah Satoru.Ia bingung dengan hal yang
dilakukan Satoru.Sesekali Satoru menunduk lalu menatapnya lagi.
“Toru
oniisan,apa yang kau lakukan?”
Satoru tidak menjawab.Ia masih melakukan kesibukannya
sendiri.
“Toru
oniisan kau sedang apa?”Noriko mengulangi pertanyaannya.
“Ah,sedikit
melukis wajahmu.”
“Oooo,agar
kau tak lupa dengan wajahku?”
Satoru menggeleng dengan cepat.
“Lalu?”
“Untuk
membuktikan padamu.”
“Membuktikan?”
“Hmmmm.Tidak
semua yang indah yang dilukis,hal buruk pun juga dilukis.Aku melukis wajahmu
sebagai pembuktian.”
Noriko masih berfikir.Ia tidak mengerti kata-kata
Satoru.Sementara Satoru berusaha mati-matian agar tawanya tidak lepas.Noriko
berdehem keras.Sepertinya ia sudah menemukan jawabannya.
“Toru
oniisaaaaaaaannnnnn.Kau…kau!”
Noriko tampak seperti singa kelaparan.Ia menggerakan
tangan,kaki dan lehernya.Sepertinya ia siap menyerang Satoru.
“Noriko-chan.Apa
yang sedang kau lakukan?Aku hampir mati kelaparan karena menunggumu.”
Noriko mendongak ke atas ke arah rumahnya.
“Ok…
oniisan.Tunggu sebentar!”
Noriko lalu mengembalikan pandangannya ke arah Satoru.Ia
tak menemukan Satoru di belakangnya.Dari seberang ia berdiri, Satoru
melambaikan tangannya.
“Noriko-san,kuharap
besok aku sudah tidak ingat kejadian malam ini.Kuharap kau juga begitu!”
Raut wajah Noriko semakin memerah.
“Ini belum
selesai!”
Ya memang itu belum selesai.Dan akan tetap berlanjut.Entah
kapan akan berakhir.
*******
Noriko menyiapkan makan malam asal-asalan.Ia masih
kesal,bukan karena Satoru tapi karena dirinya sendiri.Betapa bodohnya,betapa
lamban dan lambat otaknya memproses kata-kata Satoru.Noriko menggerutu sendiri.
“Noriko-chan,ayolah
cepat sedikit!”
Teriakan Hideaki Katsuo membuyarkan lamunan Noriko.Ia
berjalan menuju ruang makan membawa 2 mangkuk besar berisi ramen.Tanpa basa
basi ia langsung duduk dan menyantap ramen dalam mangkuk itu.Begitu juga dengan
Katsuo.Ia benar-benar seperti orang yang belum makan 3 hari.
“Noriko-chan,apakah
kau akan selalu seperti itu?”
Noriko tersedak,kemudian ia menoleh ke arah Katsuo.Ia
pasang tampang melas campur bingung.
“Ini sudah
di dalam rumah.Lepaslah topimu!”
Noriko mendongak kemudian tangan kirinya bergerak cepat
untuk melepas topinya.Rambutnya terlihat sangat berantakan.Dengan langkah cepat
ia langsung mengikat rambutnya itu.Ia mengikat rambutnya ke atas supaya tak
mengganggu proses makan malamnya.
“Noriko-chan,kau
tahu tidak?”
Noriko kembali menoleh kea rah Katsuo dan mengernyitkan
dahinya.
“Kau
sangatlah tampan.”tawa Katsuo langsung meledak begitupun dengan Noriko.Mereka
berdua sampai tersedak.
“Katsuo
oniisan.Apa kau benar-benar ingin kita masuk rumah sakit saat ini juga?”
“Tidaklah,sepertinya
sangat memalukan sekali.”
“Tapi,kata-kata
oniisan benar-benar mengejutkan.”
“Setidaknya
itu membuat kau tertawa.Tampangmu tadi membuat selera makanku hilang.”
Ke duanya masih tertawa lepas.Di rumah itu memang hanya ada
mereka berdua.Kakak pertama Noriko tinggal di lain tempat dan orang tua mereka
tinggal di Negara yang berbeda.jadi mau tidak mau Noriko harus “mengurus”
Katsuo dan juga Katsuo harus” mengurus” Noriko.
************
Ichirou masih duduk-duduk di ruang makan.Makanan yang ada
di depannya tampak belum tersentuh.Ia masih menunggu Satoru keluar dari
kamarnya.
“Ah,Ichirou
oniisan,kau sudah lama menunggu?”Satoru bertanya dengan tampang tak bersalah.
“Menurutmu?Aku
hanya duduk disini dari jam 7 dan sekarang jam 8.Aku tidak tahu itu masuk
kategori lama atau tidak.”jawab Ichirou dengan tampang datar.
Satoru berdehem,kemudian ia duduk di kursi,tepat di hadapan
Ichirou.
“Oniisan,kau
jangan pasang tampang seperti itu.Aku tahu kau lapar.Aku tadi hanya
mandi.”jawab Satoru dengan tersenyum.
“Ya,aku
tahu.Kau pasti tertidur di kamar mandi.”
“Ah,kau
memang tahu segalanya.Mari makan.”
Mereka berdua makan dengan tenang.Tak ada pembicaraan
selama makan malam itu.Rintik hujan belum juga berhenti.Suasananya sangatlah
tenang dan juga damai.
“Ada
kejadian apa hari ini?”Tanya Ichirou setelah selesai makan.
“Dia
tersenyum padaku lagi.”
“Orang
yang sama?”
“Hmm.”
Satoru memang sudah banyak cerita mengenai Hanna.Mengenai
senyumannya,sikapnya,perhatiannya,dan semuanya.
“Ada hal
menarik lainnya?”
“Hmm.Ah,ya
ada seseorang yang akan memangsaku.”
Ichirou bingung dengan ekspresi wajah Satoru yang tidak
sama sekali menunjukan bahwa ia sedang takut atau khawatir.
“Itu
bukanlah masalah besar.Tak perlu khawatir.”
Ke duanya kembali diam.Hanya rintik hujan yang dapat
terdengar.
“Apa kau
akan mengingatnya setelah kau bangun besok?”
Satoru tercekat mendengar pertanyaan Ichirou.Ia menatap
dalam-dalam Ichirou.Ichirou juga menatapnya.Menunggu jawaban darinya.
“Entahlah.”jawab
Satoru singkat.
Ichirou masih menatap Satoru.Sepertinya ia masih
menginginkan jawaban yang pasti.
“Bagaimana
dengan keyakinanmu?”
Satoru menghembuskan nafas dengan berat.
“Jika
boleh,aku sangat mengharapkan aku bisa mengingatnya.”
Ichirou tersenyum.Setidaknya itulah jawaban yang ingin ia
dengar.Semoga tak hanya dalam ucapan.
2
Pagi ini lebih cerah dari pagi kemarin.Setidaknya matahari
tak malu-malu untuk menampakkan cahaya di ufuk timur.Noriko dan Katsuo sudah
berdebat di pagi yang cerah itu.
“Kau
memasak,aku yang olahraga!”teriak Katsuo
“ah,itu bukan
hal yang baik.Aku olahraga oniisan yang memasak.”sanggah Noriko.
Mereka berdebat terlalu keras.Pagi yang cerah dan tenang
itu menjadi sangatlah runyam hanya karena perdebatan mereka.Ichirou merasa
sangat terganggu dengan suara mereka.Ia mencoba membuka mata dan beranjak turun
menemui mereka berdua.Satoru juga demikian,ia bangun dan turun untuk menemui
mereka.
“Tetangga,apa
yang sedang kalian lakukan?Ini masih sangatlah pagi!”teriak Ichirou
Noriko dan Katsuo menoleh sebentar lalu kembali ke posisi
semula dan kembali berdebat.
“Aku olahraga kau memasak…..Oooo tidak bisa.aku olahraga
oniisan yang memasak.”
Satorru tampak sangat geram lalu menghampiri mereka.
“Itu hanya
soal makan dan olahraga,bukan?”
Mereka berdua mengangguk mantap.
“Kalian,olahragalah…masalah
makanan Ichirou oniisan akan memasak banyak pagi ini.Jadi kalian boleh makan di
rumah kami.”
Mereka berdua melongo tak percaya.Apalagi dengan Ichirou,ia
tambah melongo tak percaya.Masak banyak?Padahal persediaan bahan makanan sudah
mulai habis.
“Kalian
jangan ribut.Diamlah.Ini masih terlalu pagi untuk berdebat.”
“Ah kami
hanya bercanda.”Katsuo merangkul bahu Noriko
“Ah..baguslah!”
Satoru kembali ke rumahnya sedangkan Noriko dan Katsuo
melanjutkan olahraga yang sempat tertunda.
“Ichirou
oniisan,maaf aku mempersulitmu!”Satoru menepuk bahu Ichirou sambil
tersenyum.Senyum yang meledek.
Ichirou mendengus kesal.”Ah,minggu pagi yang runyam.”ia
menggerutu sendiri.Ichirou menatap kea rah rumah Noriko.Tak ada yang aneh,tapi
ia merasakan hal yang berbeda.Entahlah.Ia hanya menganggap pagi ini tetangganya
itu sudah gila.Begitupun dengan Satoru.
“Oshi
oniisan.Selamat berjuang.Ganbate!”teriak Noriko dari seberang.
Teriakan Noriko membuyarkan semua hala yang telah dipirkan
Ichorou.
“Ah,gadis
yang aneh!”ia mendengus kesal.
**********
Ichirou dan Satoru masih duduk-duduk di ruang
makan.Sesekali mereka melihat ke luar jendela.Lama sudah mereka menunggu.
“Oshi
oniisan,Toru oniisan.Maaf lama menunggu.”teriakan cempreng Noriko membuat
Ichirou dan Satoru geleng-geleng kepala.
“Loh,Katsuo?”
“Ah,Katsuo
oniisan tidak bisa ikut sarapan.Katanya ada urusan mendadak.”
“Apa dia
orang yang sibuk?”Tanya Satoru kemudian.
Noriko menggelengkan kepala.
“Pura-pura
sibuk.Mungkin itu jauh lebih benar.”Noriko tersenyum lebar.
Satoru mengamati penampilan Noriko.Topi putih,baju
kotak-kotak pendek,celana jins,dan sepatu cat warna putih.Satoru tampak heran
melihat penampilan Noriko yang aneh seperti itu.Noriko menoleh dan mendapati
Satoru masih memperhatikannya.Ia bingung dan tersenyum masam.Ia melirik kea rah
Ichirou dan kebetulan Ichirou juga sedang menatapnya.Noriko memasang wajah
bertanya pada Ichirou dan Ichirou hanya menjawab dengan gelengan kepala juga
dengan angkatan bahu.Ichirou tak mengerti.
“Toru
oniisan,kau mengenaliku?”Noriko memberanikan diri untuk bertanya.
Satoru hanya tersenyum.Senyumnya terlihat sangat
kaku.Noriko tersenyum masam melihat senyuman itu.Lagi-lagi senyuman aneh
itu.Satoru tidak menjawab pertanyaan Noriko.Tapi dari senyumnya yang kaku ittu
Noriko sudah mendapkan jawabannya.Satoru tak mengingatnya lagi.
“Apa,tampangku
seperti orang yang lupa?”kalimat Satoru membuat Ichirou dan Noriko menghentikan
suapan nasi mereka.
“Mungkin.”jawab
mereka singkat dan melanjutkan makan pagi mereka.
“Apa kau
selalu begitu Noriko-san?”
Pertanyaan Satoru sungguh mengejutkan.Apa dia mengingat
Noriko?Atau hanya kebetulan saja?Atau dia sudah mempersiapkan itu semua?Noriko
berdehem.Ia tahu Satoru sudah memepersiapkannya.
“Apa
maksudmu,Toru oniisan?”
“Apa kau
botak?Kenapa kau selalu memakai topi?Apa kau merasa keren?Apa kau seorang
preman?”
Pertanyaan aneh Satoru membuat tawa Noriko dan Ichirou
lepas.Pertanyaan yang sungguh aneh.
“Aku tidak
botak.Topi sangatlah nyaman.Ya,memang aku sangat keren bukan?Dan aku bukanlah
preman.Kau puas Toru oniisan?”
Ichirou geleng-geleng kepala mendengar jawaban
Noriko.Noriko benar-benar membuat suasana pagi itu lebih ceria.satoru masih
tampak berfikir.Ia tidaak melanjutkan
pertanyaan-pertanyaan konyolnya.Ia menunduk dan menghabiskan makanannya dengan
tenang.
“Toru
oniisan.apa kau tahu apa yang membuatmu pikun seperti kakek-kakek?”
Lagi-lagi Noriko melontarkan pertanyaan aneh.Satoru
mengernyitkan dahi.Ichirou tampak bersemangat mendengar kalimat Noriko.Ia
tampak penasaran.Kejutan apa yang akan dibuat oleh Noriko.Semoga tidaklah
merugikan.Noriko mulai mencondongkan badan.Nada bicaranya sedikit berbisik.
“Kau hanya
mengandalkan otak.”
Satoru masih mengerutkan dahi.Bahkan kerutannya
bertambah.Ia semakin bingung.Ichirou ikut mencondongkan badan.Ia semakin
penasaran.Noriko tampak berfikir.Raut wajahnya tak seperti biasanya.Ia terlihat
sangat serius.
“Gunakan
semua indera..Ah,jangan pernah melupakan perasaan.Itu ingatan yang paling
ampuh!”
Noriko menarik badannya menjauh setelah mengatakan semua
itu.Ia menghembuskan nafas.Sepertinya ia menahan nafas saat menyampaikan semua
kata-kata itu.Ichirou dan Satoru masih tampak berfikir.Norko geram melihat
pemandangan seperti itu.
“Ah,sepertinya
oniisan tak mengerti kata-kataku.Lupakanlah!”
Satoru masih memegang dagu tampak berfikir.Ah,apakah
sesulit itu?Itu hanya masalah kata-kata dan kalimat.Bukankah itu hanya masalah
sepele?
Satoru dan Ichirou mendengus kesal.Mereka tak menemukan
jawaban.Ia menatap Noriko yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Oniisan.Tak
perlu di pikirkan.Itu hanya sepele.
Lagi-lagi Noriko menghembuskan nafas dengan berat.
“Itu akan
menjadi hal yang sangat berarti dan luar biasa!”
Noriko melambaikan tangan kepada Satoru dan Ichirou yang
masih diam dalam pikiran mereka masing-masing.Noriko meninggalkan mereka berdua
yang masih bertanya-bertanya.
“Ah,dia hanya gadis berusia 19 tahun.Apa dia ingin menjadi
seorang penyair?Kenapa kata-katanya sulit untuk ditebak?”Satoru bertanya pada
dirinya sendiri.
************
Sore itu,langit berubah warna.Warna yang semula biru terang
menjadi warna hitam yang cenderung sangat gelap.Sore itu langit mendung.Satoru
terlihat masih duuk di ruangan itu.Lebih tepatnya de sudut belakang ruangan
itu.Ia berharap rintik hujan segera datang.Suasana hatinya sedang sedikit
terusik.Terusik oleh kalimat Noriko pagi tadi.Sore itu,Satoru membiarkan
pikirannya tidak bekerja untuk memikirkan hal indah yang akan ia lukis.Ia
membiarkan pikirannya sedikit kosong sore itu.Sebentar saja.Hanya sebentar.Ia
membiarkan pikirannya untuk beristirahat.
“Kau tak
pulang?”
Satoru masih diam tak menjawab.Ia masih memejamkan
matanya.Ia memang tak terlihat lelah.Ya,fisiknya memang tidak terlihat
lelah.Namun entahlah dengan hal lainnya.
“Satoru?”
Suara itu memanggil satoru lagi.Perlahan satoru mulai
membuka matanya yang ia pejamkan sejenak.Senyuman yang ia kenal menyambut
matanya yang terbuka.Senyum yang sama dari orang yang sama pula.Satoru tersenum
melihat senyuman itu.Ia membenarkan letak kacamatanya untuk lebih jelas melihat
senyum itu.Ah,dia merasa jauh lebih tenang
“Kau tidak
pulang?”
Hanna kembali bertanya pada Satoru.Satoru masih tersenyum
dan ia menggeleng dengan cepat.
“Bagaimana,kau
sudah chek-up kesehatanmu?”
“Mmmm.Katanya
aku sudah jauh lebih baik.”
“Ingatanmu?”
“Ah, sudah
mulai pulih.”
“Syukurlah.Kau
tahu aku sudah cukup lelah.”
Satoru mengernyitkan dahi.
“Kembalilah
menjadi Satoru.Aku lelah harus mengingatkanmu ini itu.”
Satoru tersenyum.
“Hanna
oneesan,aku akan segera kembali.Kau mau menungguku bukan?”
Sekarang giliran Hanna mengernyitkan dahinya.
“Ah,tentu.Aku
akan menunggumu.”jawab Hanna ringan.
Ke duanya diam.Rintik hujan mulai turun.Satoru semakin
yakin.
“Hanna
oneesan.Kenapa kau mau menungguku?”
“Karena
aku rindu pada Satoru.”
“Sebagai?”
Hanna tersenyum lagi Masih senyum yang sama.Ia meletakkan
tangannya di bahu Satoru.
“Satoru-chan,kau
sudah seperti adikku sendiri.”Hanna tersenyum dan membelai rambut
Satoru”Cepatlah kembali”ia berkata lagi.
Deg…Satoru hanya terdiam
mendengar kata-kata dari Hanna.Satoru menunduk dan menghembuskan nafas dengan
berat.Ia berusaha mengaturnya kembali.Stelah dirasa cukup ia mendongak.Mencoba
tersenyum menatap Hanna yang masih dihadapannya.Hanna menatap Satoru.Tatapannya
memang sangatlah lembut.Tapi itu tidak lebih dari tatapan-tatapan pada
umumnya.Tatapan kakak kepada adiknya.Tidak ada yang berbeda.”Cepat
kembali”Hanna tersenyum lagi dan pamit pergi meninggalkan Satoru di ruangan
yang mulai gelap itu.Lagi-lagi Satoru menghembuskan nafas dengan berat.Apa dia
tadi tidak bernafas?Adik?Apa Hanna benar-benar mengucapkan kata
itu?Ah,sepertinya tidak hanya otak Satoru yang bermasalah,mungkin semua yang
ada pada dirinya saat ini bermasalah.Satoru kembali menyesap teh miliknya.Teh
itu sudah tak lagi panas.Bahkan sudah sangat dingin.Teramat dingin.Satu bulir
air mata menetes membasahi celah-celah kebahagiaan yang semula Satoru
impikan.Kenapa tidak pernah terlintas dalam fikirannya,bahwa Hanna tak akan
pernah menganggapnya lebih?Apakah Satoru akan mengingat kejadian sore
ini?Apakah besok dia akan mengulangi hal yang sama?Satoru menampar wajahnya
sendiri.Ia merasakan sakitAh,itu berarti kejadian sore ini bukanlah mimpi.Hanna
memang sudah mengatakannya.Dan Satoru,ia sudah mengetahui semuanya