Selasa, 12 Agustus 2014

Anterograde



“Kau tidak mengingatnya lagi?”
Ia menghentikan roti yang akan masuk ke dalam mulutnya kemudian menatap orang yang sedang duduk dihadapannnya.
            “Pertanyaanmu salah.Seharusnya kau bertanya.Apakah aku masih lupa?”
Ia tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.Ia sangat menikmati suasana rintik hujan pagi itu.
            “ah ternyata ada tetangga baru.”serunya kemudian.
            “Sudah kuduga kau tak mengingatnya lagi.”
            “Ichirou oniisan.Kau memang tahu segalanya.”katanya kemudian
Satoru Jirou masih menatap ke luar jendela sambil melahap roti yang ada di tangannya.
            “Apa kau akan pergi hari ini?Di luar masih hujan.”
            “Hmm.Itu hanya rintik hujan.Bukan masalah yang besar.”
Satoru berdiri sambil membawa tas punggungnya.Ia beranjak pergi di tengah rintik hujan pagi itu.Ichirou Hiroshi mengikutinya dari belakang,setidaknya ia harus memastikan bahwa Satoru Jirou sampai di depan pintu.Pagi itu rintik hujan memang sangatlah indah.
            “Selamat pagi Oshi oniisan,Toru oniisan!”teriak seseorang di seberang rumah mereka.
Ichirou Hiroshi melambaikan tangan dan Satoru Jirou membungkukan badan ke arah seseorang di seberang rumah mereka.Sosok yang semula di seberang rumah mereka kemudian berlari mendekati mereka.
            “Halo oniisan!”katanya kemudian
Lagi-lagi Satoru membungkukan badan.
            “Anda baru pindah ke sini bukan?Senang bisa bertemu dengan Anda!”
Sosok di depan mereka terlihat bingung dengan kalimat yang diucapkan Satoru.Ia melirik ke arah Ichirou Hiroshi.
            “Lagi?”tanyanya kepada Ichirou Hiroshi dengan kening berkerut.
Ichirou mengangguk pelan.Ia tersenyum kepada orang itu.
            “Ah,namaku Hakushiko Noriko, Toru oniisan!”katanya ramah kepada Satoru
            “Senang bertemu denganmu Noriko.Ah,berapa umurmu? kenapa kau memanggilku dengan oniisan?”
Noriko tersenyum masam.Ichirou bisa melihat raut wajahnya yang kesal.Lagi-lagi pertanyaan yang sama.
            “Ah kau seperti kaset yang distel berulang-ulang,Toru oniisan.Pertanyaanmu sama persis seperti pertanyaan hari sebelumnya.Umurku 19 tahun.
            “Ah,kau terlihat sangat muda.Tapi,kau tidak perlu memanggilku dengan oniisan.Umurku hanya berselisih denganmu 3 tahun.Oh ya dan ini…..
            “Itu Ichirou oniisan,umurnya lebih tua 2 tahun darimu.Benar bukan?”
            “Ah,kau sangat teliti sekali!”
            “Bukan teliti,tapi kau sudah memberitahunya lebih dari 5 kali.”kata Ichirou
Satoru tersenyum mendengar kalimat yang ke luar dari mulut Ichirou.Ia menaiki sepedanya dan pamit pergi meninggalkan mereka berdua.Ichirou menatapnya sampai ia benar-benar hilang dari pandangannya.           
            “Oshi oniisan.Apakah separah itu?”
            “Hmmmm.Apa maksudmu?”
            “Sepertinya Toru oniisan lebih pikun dari kakekku yang berumur 80 tahun.”
            “Kau sudah mengucapkannya berulang kali.Kau tahu itu?”
            “Mmmmm.Sepertinya Toru oniisan  memang lebih cocok menggantikan posisi kakekku.”katanya sambil tertawa lepas.
Ichirou  ikut tertawa namun kemudian ia menghembuskan nafasnya dengan berat.Ia mengerti apa yang dirasakan oleh Satoru.Ia tahu tentang dia.Ia tahu segalanya.Ia juga tahu bahwa Satoru sangat tidak menikmati kondisi yang tidak menyenangkan dalam dirinya .Noriko menatap tajam Ichirou yang sudah lama menunduk.Merasa diperhatikan Ichirou menegakkan kepalanya.
            “Apa kau selalu memakai topi seperti itu?”Tanya Ichirou kepada Noriko
Noriko melihat topinya yang ia pakai miring.
            “Hmmm.Ini jauh lebih nyaman.”
            “Kau terlihat seperti preman.”
            “Ah,benarkah?Itu sangatlah keren bukan?.”katanya sambil tertawa lepas.
            “Hati-hati jika banyak wanita yang akan jatuh cinta padamu!”
            “Ah,akan kutendang mereka jika berani macam-macam.Kau tenang saja Oshi oniisan.”
Ichirou tertawa lepas mendengar jawaban dari Noriko.

*********************
Satoru menyesap teh panas miliknya sambil memperhatikan coretan-coretan yang sedang ia buat.Ia memasang tampang yang sedang berfikir.Terkadang ia kembali menambah coretan di kertas yang lumayan besar itu.Berhenti kemudian mencoretnya lagi.Ia baru menyadari bahwa coretan-coretan itu seperti wajah seseorang.Ia tak ingat siapa orang itu.Tiba-tiba ada seseorang menghampirinya.Satoru terkejut dengan kemunculan orang tersebut.
            “Ah,Hana oneesan kau membuatku ingin melompat sekarang juga!”
Hana tersenyum lebar.
            “Ah,untung kau masih mengenaliku.”Apakah aku ada dalam catatan buku kecil itu?”tanya Hana sambil menunjuk buku kecil yang sengaja diberi tali dan menggantung di leher Satoru.
            “Ah,sepertinya begitu!”
Hana mengamati coretan yang dibuat Satoru.
            “Bukankah itu aku?”Tanya Hana sambil menunjuk coretan Satoru.
Satoru menatap kaget Hana.Ia tampak berfikir
            “Iyakah?”
            “Kenapa kau malah bertanya.Bukankah coretan itu milikmu?”
Satoru mengangguk cepat.
            “Ah,tapi aku merasa ini jauh lebih bagus daripada aslinya.”
            “Apa kau bilang?Tapi ku akui coretan itu…ah itu bukan coretan,tapi lukisanmu bagus.”
Satoru tersenyum puas.Ia sudah berkali-kali di puji.Tapi entah kenapa pujian dari Hana yang bisa membuatnya tersenyum.Tersenyum yang sesungguhnya.Hana seumuran dengan Ichirou.2 tahun lebih tua darinya.
Hana menatap Satoru dengan tersenyum.Ia memang masih sangat muda.Sangat supel,ramah dan pintar.Satoru menganggap senyum Hana sangatlah berharga,karena hanya orang-orang tertentu yang akan mendapat senyuman itu.Mungkin orang spesial bagi diri Hana.Ah berarti Satoru?Mungkin ia juga termasuk dalam kategori tersebut.Tapi itu baru dugaan sementara.
Hana tersenyum lagi lalu berkata kepada Satoru bahwa ia harus pergi.Satoru mengangguk mengiyakan.Ia menatap Hana sampai Hana keluar dari ruangan itu dan tidak terlihat lagi oleh pandangan matanya.Satoru langsung mengambil bolpoin dan membuka buku kecil yang tergantung di lehernya.Ia menulis sesuatu di dalam buku itu.Ia menuliskan tanggal dan juga hari.Ia melihat jam tangannya,kemudian membubuhkan jam pada catatannya.Sambil tersenyum ia menuliskan “Katsumi Hana oneesan ia memujiku dan tersenyum padaku hari ini.Senyuman itu.”Satoru kembali tersenyum lagi.Ia menutup bukunya dan kembali meneruskan lukisan yang ia buat.Rintik hujan masih terdengar sayup sayup.”Ah,tetaplah seperti ini.Jangan kau bertambah deras ataupun berhenti.Tetaplah seperti ini.Kau membuatku semakin tenang”
****************
Malam ini tidak ada bulan atau pun bintang.Rintik hujan masih turun seperti pagi tadi.Noriko keluar dari supermarket membawa banyak barang bawaan.Sepertinya malam ini ia belanja besar-besaran.Ia mulai berjalan meninggalkan supermarket itu.Ia sengaja tidak membawa payung,karena ia suka rintik hujan seperti ini.Ia ingin merasakan betapa lembut dan dinginnya air hujan yang tidak terlalu deras itu.Ia juga meyakini bahwa ia tidak akan basah kuyup hanya karena rintik hujan seperti itu.Noriko kembali berjalan dengan pelan.Ia tidak mau suasana seperti itu terganggu,hanya karena ia berjalan cepat dan ia cepat sampai rumah.Tiba-tiba bruuuggg!Sepertinya Noriko tertabrak sesuatu atau ia yang menabrak.Terdengar suara tangis anak kecil setelah itu.Noriko kaget melihat anak kecil yang sudah jatuh dihadapannya sambil menangis dan juga tertimpa beberapa barang belanjaannya.Ia lalu mendekati anak kecil itu.
            “Ah,anak manis jangan menangis ya,kakak tidak sengaja.”kata Noriko dengan halus kepada anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu belum terdiam dari tangisnya.Noriko lalu mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya.Ia memberikan anak laki-laki itu sebuah permen lollipop yang cukup besar.
            “Ini untukmu anak manis.Siapa namamu?”
Ternyata satu batang permen lollipop itu mampu meredakan tangis anak laki-laki itu.
            “Tezuka.Terima kasih oniisan.”
Onnisan?ah ternyata anak laki-laki itu mengira Noriko adalah laki-laki.Anak laki-laki itu langsung berlari meninggalkan Noriko.Dia sudah tidak terlihat kesakitan.Lalu untuk apa ia menangis?Noriko hanya tersenyum melihat taktik anak laki-laki itu.Ia membereskan barang belanjaannya dan beranjak berdiri.Tiba-tiba….
            “Aaaaaaaa….!”Noriko menjerit dan semua barang belanjaannya terjatuh lagi.Ia juga ikut jatuh.Tidak ada yang terjadi pada Noriko.Ia hanya kaget dengan sosok yang tiba-tiba muncul dihadapannya.Noriko mengatur nafas lalu mendongak ke atas.Ia mengenal sosok itu.
            “Ah,Toru oniisan.Apa kau benar-benar mau membunuhku?”Noriko bertanya dengan nada kesal.
Satoru menatapnya dengan bingung.
            “Oniisan,apa kau lupa lagi?”
Satoru berdehem.Ia menatap Noriko lalu tersenyum.
            “Lebih baik kau berdiri dan bereskan semua barang belanjaanmu,Noriko-san!”
Suatu keberuntungan.Setidaknya Satoru masih ingat namanya.Noriko beranjak berdiri sambil menepuk-nepuk tangan kanannya.Terlihat dari ekspresinya,ia merasa kesakitan.
            “Sakit?”Satoru bertanya tanpa ekspresi.
Noriko tidak menjawab dan berjalan meninggalkan Satoru.Satoru mengikutinya sambil menuntun sepedanya.
            “Kau marah,Noriko-san?”
            “Kau masih ingat namaku,Toru oniisan?”
Satoru langsung membuka buku kecilnya.Ia menulis”Hakushiko Noriko.Tetangga baru.Umur 19 tahun.Ia selalu memakai topi.
            “Kau menulis apa Toru oniisan?”
            “Ah,hanya menulis namamu.”
            “Untuk apa?”
            “Untukmu.”
            “Ha????Maksudmu?”
            “Agar aku tidak mempersulitmu.Tidak selalu menanyakan siapa namamu.”
Noriko tertawa lepas.Ia menganggap hal yang dilakukan Satoru adalah hal yang konyol dan tolol.Tapi ia cukup senang Satoru belum melupakan namanya.
            “Toru oniisan,aku boleh menanyakan sesuatu?”
Satoru mengangguk.
            “Mmmm,kenapa kau selalu tidak ingat tentang semua hal yang kau lakukan?”
Satoru menghentikan langkahnya.Kemudian ia tersenyum masam.
            “Karena aku tidak ingat!”jawabnya singkat kemudian melanjutkan langkahnya.
Noriko belum puas dengan jawaban Satoru itu.Ia kembali bertanya.
            “Alasannya?”
            “Entahlah.Semua terjadi setelah malam itu.”
            “Malam itu?Apa kau minum banyak dan kau langsung tidak ingat semuanya?”
Satoru kembali menghentikan langkahnya.Ia tertawa.
            “Astaga,sejak kapan alkohol bisa membuat lupa ingatan?”Tenang saja semua akan kembali seperti semula.”
            “Kapan?”
            “Yang terpenting bukan sekarang.”
Satoru menghembuskan nafas dengan berat.Begitu juga Noriko.Ke duanya melanjutkan perjalanan tanpa ada pembicaraan.Tidak cukup lama untuk sampai ke rumah mereka.
            “Ah,Toru oniisan.Apa kau sudah bekerja?”
            “Hmmm.Tapi itu bukan pekerjaan,hanya sebuah hobi.”
            “Hobi?”
            “Aku suka melukis.”
Noriko mendengus kesal.
            “Ah,kenapa harus melukis?”
            “Memangnya kenapa?”
            “Tidak apa-apa.Aku hanya sedikit tidak suka.Sedikit saja.”
            “Kenapa?”
            “Kakak pertamaku seorang pelukis,kakak ke duaku hobi melukis,ayah dan ibu suka sekali dengan hal-hal yang berhubungan dengan melukis.Hanya aku sendiri yang sedikit tidak suka.”
            “Hmmm.Kenapa?”
            “Kebanyakan orang melukis itu hanya hal-hal yang indah-indah.Sesuatu yang buruk jarang mereka lukis.Kau tahu itu akan menimbulkan kesenjangan sosial!”kata Noriko mantap.
Satoru mengangguk-angguk mengerti apa yang dikatakan Noriko.Lalu ia mengeluarkan kertas dan berdehem.
            “Noriko-san tolong hadap sini!”
Noriko menghadap ke arah Satoru.Ia bingung dengan hal yang dilakukan Satoru.Sesekali Satoru menunduk lalu menatapnya lagi.
            “Toru oniisan,apa yang kau lakukan?”
Satoru tidak menjawab.Ia masih melakukan kesibukannya sendiri.
            “Toru oniisan kau sedang apa?”Noriko mengulangi pertanyaannya.
            “Ah,sedikit melukis wajahmu.”
            “Oooo,agar kau tak lupa dengan wajahku?”
Satoru menggeleng dengan cepat.
            “Lalu?”
            “Untuk membuktikan padamu.”
            “Membuktikan?”
            “Hmmmm.Tidak semua yang indah yang dilukis,hal buruk pun juga dilukis.Aku melukis wajahmu sebagai pembuktian.”
Noriko masih berfikir.Ia tidak mengerti kata-kata Satoru.Sementara Satoru berusaha mati-matian agar tawanya tidak lepas.Noriko berdehem keras.Sepertinya ia sudah menemukan jawabannya.
            “Toru oniisaaaaaaaannnnnn.Kau…kau!”
Noriko tampak seperti singa kelaparan.Ia menggerakan tangan,kaki dan lehernya.Sepertinya ia siap menyerang Satoru.
            “Noriko-chan.Apa yang sedang kau lakukan?Aku hampir mati kelaparan karena menunggumu.”
Noriko mendongak ke atas ke arah rumahnya.
            “Ok… oniisan.Tunggu sebentar!”
Noriko lalu mengembalikan pandangannya ke arah Satoru.Ia tak menemukan Satoru di belakangnya.Dari seberang ia berdiri, Satoru melambaikan tangannya.
            “Noriko-san,kuharap besok aku sudah tidak ingat kejadian malam ini.Kuharap kau juga begitu!”
Raut wajah Noriko semakin memerah.
            “Ini belum selesai!”
Ya memang itu belum selesai.Dan akan tetap berlanjut.Entah kapan akan berakhir.
*******

Noriko menyiapkan makan malam asal-asalan.Ia masih kesal,bukan karena Satoru tapi karena dirinya sendiri.Betapa bodohnya,betapa lamban dan lambat otaknya memproses kata-kata Satoru.Noriko menggerutu sendiri.
            “Noriko-chan,ayolah cepat sedikit!”
Teriakan Hideaki Katsuo membuyarkan lamunan Noriko.Ia berjalan menuju ruang makan membawa 2 mangkuk besar berisi ramen.Tanpa basa basi ia langsung duduk dan menyantap ramen dalam mangkuk itu.Begitu juga dengan Katsuo.Ia benar-benar seperti orang yang belum makan 3 hari.
            “Noriko-chan,apakah kau akan selalu seperti itu?”
Noriko tersedak,kemudian ia menoleh ke arah Katsuo.Ia pasang tampang melas campur bingung.
            “Ini sudah di dalam rumah.Lepaslah topimu!”
Noriko mendongak kemudian tangan kirinya bergerak cepat untuk melepas topinya.Rambutnya terlihat sangat berantakan.Dengan langkah cepat ia langsung mengikat rambutnya itu.Ia mengikat rambutnya ke atas supaya tak mengganggu proses makan malamnya.
            “Noriko-chan,kau tahu tidak?”
Noriko kembali menoleh kea rah Katsuo dan mengernyitkan dahinya.
            “Kau sangatlah tampan.”tawa Katsuo langsung meledak begitupun dengan Noriko.Mereka berdua sampai tersedak.
            “Katsuo oniisan.Apa kau benar-benar ingin kita masuk rumah sakit saat ini juga?”
            “Tidaklah,sepertinya sangat memalukan sekali.”
            “Tapi,kata-kata oniisan benar-benar mengejutkan.”
            “Setidaknya itu membuat kau tertawa.Tampangmu tadi membuat selera makanku hilang.”
Ke duanya masih tertawa lepas.Di rumah itu memang hanya ada mereka berdua.Kakak pertama Noriko tinggal di lain tempat dan orang tua mereka tinggal di Negara yang berbeda.jadi mau tidak mau Noriko harus “mengurus” Katsuo dan juga Katsuo harus” mengurus” Noriko.

************
Ichirou masih duduk-duduk di ruang makan.Makanan yang ada di depannya tampak belum tersentuh.Ia masih menunggu Satoru keluar dari kamarnya.
            “Ah,Ichirou oniisan,kau sudah lama menunggu?”Satoru bertanya dengan tampang tak bersalah.
            “Menurutmu?Aku hanya duduk disini dari jam 7 dan sekarang jam 8.Aku tidak tahu itu masuk kategori lama atau tidak.”jawab Ichirou dengan tampang datar.
Satoru berdehem,kemudian ia duduk di kursi,tepat di hadapan Ichirou.
            “Oniisan,kau jangan pasang tampang seperti itu.Aku tahu kau lapar.Aku tadi hanya mandi.”jawab Satoru dengan tersenyum.
            “Ya,aku tahu.Kau pasti tertidur di kamar mandi.”
            “Ah,kau memang tahu segalanya.Mari makan.”
Mereka berdua makan dengan tenang.Tak ada pembicaraan selama makan malam itu.Rintik hujan belum juga berhenti.Suasananya sangatlah tenang dan juga damai.
            “Ada kejadian apa hari ini?”Tanya Ichirou setelah selesai makan.
            “Dia tersenyum padaku lagi.”
            “Orang yang sama?”
            “Hmm.”
Satoru memang sudah banyak cerita mengenai Hanna.Mengenai senyumannya,sikapnya,perhatiannya,dan semuanya.
            “Ada hal menarik lainnya?”
            “Hmm.Ah,ya ada seseorang yang akan memangsaku.”
Ichirou bingung dengan ekspresi wajah Satoru yang tidak sama sekali menunjukan bahwa ia sedang takut atau khawatir.
            “Itu bukanlah masalah besar.Tak perlu khawatir.”
Ke duanya kembali diam.Hanya rintik hujan yang dapat terdengar.
            “Apa kau akan mengingatnya setelah kau bangun besok?”
Satoru tercekat mendengar pertanyaan Ichirou.Ia menatap dalam-dalam Ichirou.Ichirou juga menatapnya.Menunggu jawaban darinya.
            “Entahlah.”jawab Satoru singkat.
Ichirou masih menatap Satoru.Sepertinya ia masih menginginkan jawaban yang pasti.
            “Bagaimana dengan keyakinanmu?”
Satoru menghembuskan nafas dengan berat.
            “Jika boleh,aku sangat mengharapkan aku bisa mengingatnya.”
Ichirou tersenyum.Setidaknya itulah jawaban yang ingin ia dengar.Semoga tak hanya dalam ucapan.
2
Pagi ini lebih cerah dari pagi kemarin.Setidaknya matahari tak malu-malu untuk menampakkan cahaya di ufuk timur.Noriko dan Katsuo sudah berdebat di pagi yang cerah itu.
            “Kau memasak,aku yang olahraga!”teriak Katsuo
            “ah,itu bukan hal yang baik.Aku olahraga oniisan yang memasak.”sanggah Noriko.
Mereka berdebat terlalu keras.Pagi yang cerah dan tenang itu menjadi sangatlah runyam hanya karena perdebatan mereka.Ichirou merasa sangat terganggu dengan suara mereka.Ia mencoba membuka mata dan beranjak turun menemui mereka berdua.Satoru juga demikian,ia bangun dan turun untuk menemui mereka.

            “Tetangga,apa yang sedang kalian lakukan?Ini masih sangatlah pagi!”teriak Ichirou
Noriko dan Katsuo menoleh sebentar lalu kembali ke posisi semula dan kembali berdebat.
“Aku olahraga kau memasak…..Oooo tidak bisa.aku olahraga oniisan yang memasak.”
Satorru tampak sangat geram lalu menghampiri mereka.
            “Itu hanya soal makan dan olahraga,bukan?”
Mereka berdua mengangguk mantap.
            “Kalian,olahragalah…masalah makanan Ichirou oniisan akan memasak banyak pagi ini.Jadi kalian boleh makan di rumah kami.”
Mereka berdua melongo tak percaya.Apalagi dengan Ichirou,ia tambah melongo tak percaya.Masak banyak?Padahal persediaan bahan makanan sudah mulai habis.
            “Kalian jangan ribut.Diamlah.Ini masih terlalu pagi untuk berdebat.”
            “Ah kami hanya bercanda.”Katsuo merangkul bahu Noriko
            “Ah..baguslah!”
Satoru kembali ke rumahnya sedangkan Noriko dan Katsuo melanjutkan olahraga yang sempat tertunda.
            “Ichirou oniisan,maaf aku mempersulitmu!”Satoru menepuk bahu Ichirou sambil tersenyum.Senyum yang meledek.
Ichirou mendengus kesal.”Ah,minggu pagi yang runyam.”ia menggerutu sendiri.Ichirou menatap kea rah rumah Noriko.Tak ada yang aneh,tapi ia merasakan hal yang berbeda.Entahlah.Ia hanya menganggap pagi ini tetangganya itu sudah gila.Begitupun dengan Satoru.
            “Oshi oniisan.Selamat berjuang.Ganbate!”teriak Noriko dari seberang.
Teriakan Noriko membuyarkan semua hala yang telah dipirkan Ichorou.
            “Ah,gadis yang aneh!”ia mendengus kesal.
**********
Ichirou dan Satoru masih duduk-duduk di ruang makan.Sesekali mereka melihat ke luar jendela.Lama sudah mereka menunggu.
            “Oshi oniisan,Toru oniisan.Maaf lama menunggu.”teriakan cempreng Noriko membuat Ichirou dan Satoru geleng-geleng kepala.
            “Loh,Katsuo?”
            “Ah,Katsuo oniisan tidak bisa ikut sarapan.Katanya ada urusan mendadak.”
            “Apa dia orang yang sibuk?”Tanya Satoru kemudian.
Noriko menggelengkan kepala.
            “Pura-pura sibuk.Mungkin itu jauh lebih benar.”Noriko tersenyum lebar.
Satoru mengamati penampilan Noriko.Topi putih,baju kotak-kotak pendek,celana jins,dan sepatu cat warna putih.Satoru tampak heran melihat penampilan Noriko yang aneh seperti itu.Noriko menoleh dan mendapati Satoru masih memperhatikannya.Ia bingung dan tersenyum masam.Ia melirik kea rah Ichirou dan kebetulan Ichirou juga sedang menatapnya.Noriko memasang wajah bertanya pada Ichirou dan Ichirou hanya menjawab dengan gelengan kepala juga dengan angkatan bahu.Ichirou tak mengerti.
            “Toru oniisan,kau mengenaliku?”Noriko memberanikan diri untuk bertanya.
Satoru hanya tersenyum.Senyumnya terlihat sangat kaku.Noriko tersenyum masam melihat senyuman itu.Lagi-lagi senyuman aneh itu.Satoru tidak menjawab pertanyaan Noriko.Tapi dari senyumnya yang kaku ittu Noriko sudah mendapkan jawabannya.Satoru tak mengingatnya lagi.
            “Apa,tampangku seperti orang yang lupa?”kalimat Satoru membuat Ichirou dan Noriko menghentikan suapan nasi mereka.
            “Mungkin.”jawab mereka singkat dan melanjutkan makan pagi mereka.
            “Apa kau selalu begitu Noriko-san?”
Pertanyaan Satoru sungguh mengejutkan.Apa dia mengingat Noriko?Atau hanya kebetulan saja?Atau dia sudah mempersiapkan itu semua?Noriko berdehem.Ia tahu Satoru sudah memepersiapkannya.
            “Apa maksudmu,Toru oniisan?”
            “Apa kau botak?Kenapa kau selalu memakai topi?Apa kau merasa keren?Apa kau seorang preman?”
Pertanyaan aneh Satoru membuat tawa Noriko dan Ichirou lepas.Pertanyaan yang sungguh aneh.
            “Aku tidak botak.Topi sangatlah nyaman.Ya,memang aku sangat keren bukan?Dan aku bukanlah preman.Kau puas Toru oniisan?”
Ichirou geleng-geleng kepala mendengar jawaban Noriko.Noriko benar-benar membuat suasana pagi itu lebih ceria.satoru masih tampak berfikir.Ia tidaak melanjutkan  pertanyaan-pertanyaan konyolnya.Ia menunduk dan menghabiskan makanannya dengan tenang.
            “Toru oniisan.apa kau tahu apa yang membuatmu pikun seperti kakek-kakek?”
Lagi-lagi Noriko melontarkan pertanyaan aneh.Satoru mengernyitkan dahi.Ichirou tampak bersemangat mendengar kalimat Noriko.Ia tampak penasaran.Kejutan apa yang akan dibuat oleh Noriko.Semoga tidaklah merugikan.Noriko mulai mencondongkan badan.Nada bicaranya sedikit berbisik.
            “Kau hanya mengandalkan otak.”
Satoru masih mengerutkan dahi.Bahkan kerutannya bertambah.Ia semakin bingung.Ichirou ikut mencondongkan badan.Ia semakin penasaran.Noriko tampak berfikir.Raut wajahnya tak seperti biasanya.Ia terlihat sangat serius.
            “Gunakan semua indera..Ah,jangan pernah melupakan perasaan.Itu ingatan yang paling ampuh!”
Noriko menarik badannya menjauh setelah mengatakan semua itu.Ia menghembuskan nafas.Sepertinya ia menahan nafas saat menyampaikan semua kata-kata itu.Ichirou dan Satoru masih tampak berfikir.Norko geram melihat pemandangan seperti itu.
            “Ah,sepertinya oniisan tak mengerti kata-kataku.Lupakanlah!”
Satoru masih memegang dagu tampak berfikir.Ah,apakah sesulit itu?Itu hanya masalah kata-kata dan kalimat.Bukankah itu hanya masalah sepele?
Satoru dan Ichirou mendengus kesal.Mereka tak menemukan jawaban.Ia menatap Noriko yang masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
            “Oniisan.Tak perlu di pikirkan.Itu hanya sepele.
Lagi-lagi Noriko menghembuskan nafas dengan berat.
            “Itu akan menjadi hal yang sangat berarti dan luar biasa!”
Noriko melambaikan tangan kepada Satoru dan Ichirou yang masih diam dalam pikiran mereka masing-masing.Noriko meninggalkan mereka berdua yang masih bertanya-bertanya.
“Ah,dia hanya gadis berusia 19 tahun.Apa dia ingin menjadi seorang penyair?Kenapa kata-katanya sulit untuk ditebak?”Satoru bertanya pada dirinya sendiri.
************
Sore itu,langit berubah warna.Warna yang semula biru terang menjadi warna hitam yang cenderung sangat gelap.Sore itu langit mendung.Satoru terlihat masih duuk di ruangan itu.Lebih tepatnya de sudut belakang ruangan itu.Ia berharap rintik hujan segera datang.Suasana hatinya sedang sedikit terusik.Terusik oleh kalimat Noriko pagi tadi.Sore itu,Satoru membiarkan pikirannya tidak bekerja untuk memikirkan hal indah yang akan ia lukis.Ia membiarkan pikirannya sedikit kosong sore itu.Sebentar saja.Hanya sebentar.Ia membiarkan pikirannya untuk beristirahat.
            “Kau tak pulang?”
Satoru masih diam tak menjawab.Ia masih memejamkan matanya.Ia memang tak terlihat lelah.Ya,fisiknya memang tidak terlihat lelah.Namun entahlah dengan hal lainnya.
            “Satoru?”
Suara itu memanggil satoru lagi.Perlahan satoru mulai membuka matanya yang ia pejamkan sejenak.Senyuman yang ia kenal menyambut matanya yang terbuka.Senyum yang sama dari orang yang sama pula.Satoru tersenum melihat senyuman itu.Ia membenarkan letak kacamatanya untuk lebih jelas melihat senyum itu.Ah,dia merasa jauh lebih tenang
            “Kau tidak pulang?”
Hanna kembali bertanya pada Satoru.Satoru masih tersenyum dan ia menggeleng dengan cepat.
            “Bagaimana,kau sudah chek-up kesehatanmu?”
            “Mmmm.Katanya aku sudah jauh lebih baik.”
            “Ingatanmu?”
            “Ah, sudah mulai pulih.”
            “Syukurlah.Kau tahu aku sudah cukup lelah.”
Satoru mengernyitkan dahi.
            “Kembalilah menjadi Satoru.Aku lelah harus mengingatkanmu ini itu.”
Satoru tersenyum.
            “Hanna oneesan,aku akan segera kembali.Kau mau menungguku bukan?”
Sekarang giliran Hanna mengernyitkan dahinya.
            “Ah,tentu.Aku akan menunggumu.”jawab Hanna ringan.
Ke duanya diam.Rintik hujan mulai turun.Satoru semakin yakin.
            “Hanna oneesan.Kenapa kau mau menungguku?”
            “Karena aku rindu pada Satoru.”
            “Sebagai?”
Hanna tersenyum lagi Masih senyum yang sama.Ia meletakkan tangannya di bahu Satoru.
            “Satoru-chan,kau sudah seperti adikku sendiri.”Hanna tersenyum dan membelai rambut Satoru”Cepatlah kembali”ia berkata lagi.
Deg…Satoru hanya terdiam mendengar kata-kata dari Hanna.Satoru menunduk dan menghembuskan nafas dengan berat.Ia berusaha mengaturnya kembali.Stelah dirasa cukup ia mendongak.Mencoba tersenyum menatap Hanna yang masih dihadapannya.Hanna menatap Satoru.Tatapannya memang sangatlah lembut.Tapi itu tidak lebih dari tatapan-tatapan pada umumnya.Tatapan kakak kepada adiknya.Tidak ada yang berbeda.”Cepat kembali”Hanna tersenyum lagi dan pamit pergi meninggalkan Satoru di ruangan yang mulai gelap itu.Lagi-lagi Satoru menghembuskan nafas dengan berat.Apa dia tadi tidak bernafas?Adik?Apa Hanna benar-benar mengucapkan kata itu?Ah,sepertinya tidak hanya otak Satoru yang bermasalah,mungkin semua yang ada pada dirinya saat ini bermasalah.Satoru kembali menyesap teh miliknya.Teh itu sudah tak lagi panas.Bahkan sudah sangat dingin.Teramat dingin.Satu bulir air mata menetes membasahi celah-celah kebahagiaan yang semula Satoru impikan.Kenapa tidak pernah terlintas dalam fikirannya,bahwa Hanna tak akan pernah menganggapnya lebih?Apakah Satoru akan mengingat kejadian sore ini?Apakah besok dia akan mengulangi hal yang sama?Satoru menampar wajahnya sendiri.Ia merasakan sakitAh,itu berarti kejadian sore ini bukanlah mimpi.Hanna memang sudah mengatakannya.Dan Satoru,ia sudah mengetahui semuanya